Portal Kontemplasi
Benarkah kita akan selamanya membutuhkan setiap apa yang terbias dalam ruang kepala ini dengan dalih mencukupkan segala ideal? Melewatkan detik demi detik yang seharusnya dapat kita luangkan sebagai portal menuju ruang kontemplasi agar dapat memurnikan hari yang kerap terasa begitu muram?
Berdampingan dengan derasnya lalu lalang kabar atas apa pun, seringkali membuat kita terbuai dengan kontestasi semu yang berimplikasi pada ketidakmampuan mensyukuri nikmat yang memeluk setiap detak jantung kita. Segala gelombang suara yang sampai -- alih-alih menjadi medium untuk semakin merasai segala limpahan kasih sayang-Nya -- ia merupa hilangnya koma dalam penjabaran peta mimpi yang diharapkan dapat tercapai dengan semampai.
Kiranya salah satu sembilu yang mencengkeram kuat pada era disrupsi ialah betapa mudahnya lalai atas langkah-langkah kecil yang dapat kita lakukan. Beragam suara yang silih berganti bersalaman dari kuping kanan ke kiri, pun rangkaian huruf yang mencipta bias tak jarang menjadi distraksi yang tanpa sadar memperbudak diri atas standar-standar yang sejatinya tak sesuai.
Segala upaya yang sampai melupakanmu pada sesuatu yang fundamental tidak akan mungkin dapat menjadi perantara merasa cukupnya hatimu atas apa yang kau miliki. Sebab rasa cukup tercipta oleh sesederhananya cara untuk merayakan bahagia.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kepadaKu, niscaya Aku ingat kepadamu, bersyukurlah kepada-Ku, dan jangan kufur (dari nikmat-Ku).” (QS Al Baqarah: 152)
Selamat merayakan kemenangan, semoga kita kembali fitri, senantiasa diberikan keselamatan, dan senantiasa diberikan kedamaian hati.
- Tuban, 16 April 2024.
Komentar
Posting Komentar